Showing posts with label Poet. Show all posts
Showing posts with label Poet. Show all posts

Sunday, August 9, 2009

Balada Cuai

pagi basah,
aku menyerah
bisu pasrah
bagai sampah

tanpa serapah,
aku serah
pada Allah
yang disembah

hanya terkujur
di atas kasur
sambil menutur
Zat yang luhur

merak[1] kabur
tanpa catur
melukis bilur
hatiku hancur

tonggak mahligai
telah dia ungkai,
tiang balai
pun cerai berai

cita tersemai
simpang setai,
balada cuai
kini usai




Kasur lamunan, 070809

[1] WS Rendra

Friday, August 7, 2009

Warisan Sang Burung Merak

Burung Merak, begitu lah orang memanggilnya. Walaupun saya kurang begitu familiar dengan karya-karyanya, namun nama besarnya sampai ke gendang telingaku. Sastrawan yang lahir dengan nama Willibrordus Surendra Broto Rendra ini akhirnya meninggalkan kita semua.

Bagiku beliau, WS Rendra telah memberikan warisan yang sengaja atau pun tidak Ia wariskan kepada kita. Warisan yang saya maksud bukan hanya karya-karyanya saja. Bagi saya ada satu warisan lain yang tak kalah berharganya. Apakah itu? "MAHALNYA SEBUAH GAGASAN". Itu lah pelajaran dan warisan yang saya terima. Bagaimana tidak, demi memperjuangkan gagasannya, WS Rendra pernah merasakan bagaimana dinginnya penjara. Itu adalah sebuah pengorbanan untuk gagasannya. Seperti yang dilansir detiknews.com, karya-karyanya yang berbau protes pada masa aksi para mahasiswa sangat aktif di tahun 1978, membuat beliau ditahan oleh pemerintah berkuasa saat itu.

Mungkin Rendra hanya salah satu dari sekian banyak pejuang gagasan seperti Hamzah Al-Fansuri, Husain Ibn Mansur Al-Hallaj yang keduanya menerima hukuman mati karena faham wahdatul wujudnya. Tapi, momentum dimana saya sadar akan mahalnya sebuah gagasan adalah tepat di hari meninggalnya beliau.